Ikhlas merupakan perkara penting dan utama dalam segala amal ibadah. Tidak hanya sebatas itu, tanpa keikhlasan, amal kita akan sia-sia bagai fatamorgana di padang sahara. Nah, beranikah anda beramal tanpa ikhlas? Saya rasa anda tidak senekat itu.
Sebagian pembaca mungkin masi bingung, apa arti ikhlas dan
mengapa ia sangat penting. Saya akan menjelaskannya pada anda.
Al-Izz bin Abdussalam mendefenisikan ikhlas dengan ungkapan,
“Ikhlas adalah seorang mukallaf(orang yang terkena kewajiban agama) melakukan
dengan penuh keikhlasan hanya karena Allah semata; tidak mengharapkan
penghargaan dari siapa pun; tidak mengharapkan manfaat keagamaan; dan tidak
pula menolak mudharat keduniaan.”
Abu Usman mengatakan , “Ikhlas adalah melupakan pandangan
orang dengan senantiasa memperhatikan bagaimana penilaian sang pencipta”
Menurut Al-Haris Al-Muhasibi, ikhlas adalah mengesampingkan
makhluk dalam beribadah”
Perlu diingat, ikhlas mudah diucapkan namun tidak gampang
mengamalkannya. Adakalanya kita lost control, sehingga tanpa sadar telah
berbuat karena ingin mendapatkan perhatian orang lain.
Seorang ulama besar yang
bernama Sufyan Ats-Tsauri berkata “Aku tidak pernah menghadapi sesuatu yang paling
berat untuk diluruskan selain niatku, ia selalu berubah-ubah dan menyeretku.”
Yusuf bin Husain Ar-Razi r.a berkata, “Perkara yang paling
mulia di dunia adalah ikhlas. Sering kali aku bersungguh-sungguh dalam
menggugurkan riya’ dalam hatiku, akan tetapi ia seolah-olah tumbuh kembali
dengan warna yang berbeda.
Sahl bin Abdullah At-Tusturi r.a pernah ditanya , “apakah
yang paling sulit bagi jiwa? Dia menjawab, “ikhlas, sebab ikhlas menghilangkan
segala tendensi diri.
nah, diatas ada beberapa pendapat pemuka agama yang berbicara tentang ikhlas, semuanya itu benar, mari kita renungi sama-sama supaya benar niat hati kita dalam menghafal Kalam ilahi rabbi.
Rasulullah Saw sering berdoa agar hati beliau selalu tetap
dalam keikhlasan dan tidak keluar dari agama Allah.
ياَ مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ
عَلَ دِيْنِكَ
“Wahai
Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku dalam Agama-Mu.” (HR
Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan lainnya)
Saudara
pembaca, menghafal Al-Quran adalah amalan mulia, maka tidak layak jika tujuan
menghafal adalah karena kepentingan dunia. Mengapa demikian? Karena kemuliaan
dan keutamaan menghafal Al-Quran jauh lebih baik daripada seluruh pernik hiasan
dunia yang fana ini.
Diriwayatkan
dari Anas bin Malik r.a, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah
memiliki keluarga diantara manusia.” Para sahabat bertanya, “siapakah
mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawabm “Mereka adalah ahli Al-Quran.
Merekalah keluarga Allah dan hamba-hamba pilihannya.” (HR Ibnu Majah)
Jabir bin
Abdullah r.a Meriwayatkan bahwa Nabi mengumpulkan tiap dua laki-laki yang
terbunuh di perang Uhud di satu liang lahat. Sebelum dimasukkan, beliau
bertanya, “Manakah yang lebih banyak menghafal Al-Quran?” Ketika ditunjukkan
salah satunya, Nabi mendahulukan penguburannya.”
Umar bin
Al-Khattab r.a Berkata, Rasulullah Saw bersabda “sesungguhnya dengan kitab
ini, Allah meninggikan suatu kaum dan merendahkan yang lain.”
Masih banyak Hadis yang menjelaskan keutamaan pembaca dan penghafal Al-Quran yang tidak mungkin saya sebutkan seluruhnya. Namun, harus kita pahami bahwa keutamaan dan kemuliaan yang disebutkan dalam hadis-hadis tersebut hanya dihadiahkan bagi hambanya yang ikhlas.
semoga artikel ini bermanfaat bagi yang sudah menghafal Al-Quran maupun calon-calon penghafal, silahkan di share... :)